Mimi buru-buru ke kelas. ia lalu mendekati Nata yang sudah duduk sambil membaca buku.
"loe kenapa buru-buru gitu?"
"e nggak apa-apa kok. nggak apa-apa,"
"trus ngapain sampai ngos-ngosan gitu?"
"aduh Nat, nanti aja deh gue ceritanya"
"kenapa sih?" kata Ernil tiba-tiba
"eh Nil, loe bisa soal nomor 4 nggak? bingung nih," kata Nata
"coba gue liat.em kalau ini caranya gini," Ernil lalu menjelaskan ke Nata.
Mimi masih nggak tenang dengan yang di alami barusan. ia takut jika harus terus terang sama Ernil, makanya ia menutupinya.
Suatu hari, saat Mimi pulang sendirian, Galang menghampirinya. Ernil berniat ingin bareng dengan Mimi, tapi tanpa sengaja ia melihat Mimi dengan Galang. Ernil pun terkejut dan penasaran, tapi ia tidak langsung mendekatinya,
"Mimi, loe beneran nolak gue?"
"apa sih?"
"Mi, loe jawab deh sekarang"
"enggak, gue udah bilang kan? gue nggak suka sama loe"
"Mi, loe bohong kan?"
"Galang, please ngertiin gue. gue nggak mau nyakitin perasaan Ernil. temen gue yang suka sama loe. dia temen baik gue"
Galang hanya diam dan menatap mata Mimi yang mulai berkaca-kaca. Sementara Ernil sudah tidak kuat menahan airmatanya. ia lalu lari meninggalkan tempat itu. ia benar-benar tidak menyangka akan hal itu. akhirnya ia menabrak Shalsa yang sedang jalan dengan Angga.
"Nil, loe kenapa? kok nangis" kata Shalsa
"Shal, gue nggak kuat. Galang, dia........dia.........."
"Galang kenapa?"
"dia nyatain perasaannya ke Mimi" airmata Ernil berlinang lagi tak tertahankan
"apa?! yang bener aja loe?"
"kenapa Shal?"
"masak sih Ngga? Galang suka sama Mimi"
"emang iya kan. emang kalian belum tau?"
"loe kok bisa tau sih?"
"eh, bukannya loe sering nemenin Galang buat nemuin Mimi? masak loe juga nggak tau?"
"kenapa nggak bilang dari dulu sih? sejak kapan emang?"
"udah agak lama sih. sejak mereka sering ketemu" jelas Angga
"Nil, loe yang sabar ya?"
"sorry sebelumnya. gue nggak tau" tambah Angga
Ernil hanya bisa menangis. tak menyangka semua bakalan seperti ini.
Sejak kejadian itu, Ernil jarang menemui Mimi. ia hanya bersama dengan Shalsa dan Nata pun juga jarang bertemu. sehingga hubungan pertemanan mereka menjadi agak merenggang.
"Nil, udah ngomong ma mereka belum?" kata Shalsa pelan
"kalau mereka nggak ngomong ke gue, ngapain?"
"jadi intinya diem-dieman nih?"
"bukannya gitu juga, ya pokoknya, gue bingung,"
"masih mikirin dia?"
"nggak mikirin, tapi kepikiran"
"sama aja. loe nggak bosen dicuekin?"
"pengennya langsung lupa aja, tapi masih sulit"
"gini deh, loe move on aja deh"
"udah coba. tapi tetep aja, GAGAL!!"
Shalsa hanya garuk-garuk kepala. dan jadi bingung juga akhirnya.
Melihat Galang cuma diam dan memilih menyendiri, Ardi lalu mendekati dengan pelan.
"loe kenapa? tumben diam"
"galau Di,"
"galau kenapa sih? loe ditolak?"
"kenapa ya? tiap gue nembak cewek, selalu aja ditolak. ck. nasib gue kali ya?"
"sabarlah, kalau udah waktunya juga enak kok"
Ardi tersenyum berusaha menghibur temannya ini, lalu menepuk pundaknya beberapa kali.
Semakin hari keadaan semakin memburuk, diantara mereka semua hanya saling diam dan sibuk dengan pekerjaan masing-masing. sebenernya ada keinginan untuk kayak dulu lagi, tapi hati terlanjur sakit.
cerita bagus,
masih lanjut, tunggu ya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar